SMADANGAWI – Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia maupun anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Sebagai pendidik, kita tentu menyadari bahwa setiap anak adalah unik dan memiliki kodratnya masing-masing. Tugas kita sebagai guru adalah menyediakan lingkungan belajar yang memungkinkan setiap anak untuk dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal sesuai dengan kodratnya masing-masing, dan memastikan bahwa dalam prosesnya, anak-anak tersebut merasa selamat dan bahagia.
Kualifikasi kemampuan murid yang diharapkan mencakup sikap, pengetahuan, keterampilan dan pengalaman belajar yang ideal. Bagaimana seluruh kriteria ini dapat dicapai oleh semua murid kita adalah soal bagaimana kita sebagai guru dapat menyediakan pengalaman belajar yang memastikan bahwa semua murid kita, dengan segala keragamannya dapat kita penuhi kebutuhan belajarnya, sehingga mereka dapat menunjukkan kompetensi pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan setelah lulus atau menyelesaikan setiap jenjang pendidikannya.
Keragaman kebutuhan murid yang berbeda, maka kita harus mempertimbangkan bagaimana proses pembelajaran harus secara hati-hati didesain agar dapat berhasil untuk semua murid. pelaksanaan pembelajaran seperti apa yang harus dipertimbangkan oleh guru dan sekolah dalam memenuhi ragam kebutuhan belajar murid. Pembelajaran berdiferesiasi bisa dijadikan solusi dan akan memungkinkan guru menerapkan praktik baik dalam pembelajaran.
Apa itu pembelajaran berdiferensiasi?
Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid. Menurut Tomlinson (1999:14) dalam kelas yang mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru melakukan upaya yang konsisten untuk merespon kebutuhan belajar murid.
Juga serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan tujuan pembelajaran, kebutuhan belajar murid, lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar, Manajemen kelas yang efektif, dan penilaian berkelanjutan.
Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa mengkategorikan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek. Yaitu, kesiapan belajar (readiness) murid, minat belajar murid, dan profil belajar murid.
Sebagai guru, kita semua tentu tahu bahwa murid akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya (kesiapan belajar). Lalu jika tugas-tugas tersebut memicu keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang murid (minat), dan jika tugas itu memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai (profil belajar).
Bagaimana menerapkan pembelajaran berdiferesiasi di kelas?
Langkah-langkah penerapan pembelajaran berdiferensiasi di kelas adalah sebagai berikut:
- Menentukan tujuan pembelajaran;
- Menganalisis kebutuhan belajar dengan melakukan asesmen diagnostik (kognitif dan non kognitif);
- Melakukan pemetaan kebutuhan belajar berdasarkan aspek kesiapan belajar murid, minat belajar murid, dan profil belajar murid;
- Merencanakan pembelajaran berdiferensiasi berdasarkan hasil pemetaan dengan strategi pembelajaran berdiferensiasi konten, proses, dan produk;
- Mengimplementasikan rencana pembelajaran berdiferensiasi di kelas;
- Melakukan asesmen/penilaian berdiferensiasi berdasarkan teknik penilaian: assesment for learning (penilaian untuk pembelajaran), assessment as learning (penilaian sebagai pembelajaran, learning of assessment (penilaian akhir pembelajaran)
Bagaimana pembelajaran berdiferensiasi dapat memenuhi kebutuhan belajar murid?
Supaya pembelajaran berdiferensiasi memenuhi kebutuhan belajar murid, guru melakukan pemetaan kebutuhan berdasarkan 3 (tigas) aspek, yaitu kesiapan belajar murid, minat murid, dan profil belajar murid.
Dalam kesiapan belajar murid bahwa guru melihat kesiapan murid untuk mengetahui kemampuan murid dalam mempelajari materi, konsep atau ketrampilan baru.
Sedangkan minat murid bahwa guru memberikan pilihan kepada murid untuk belajar sesuai dengan minatnya sehingga dapat meningkatkan motivasinya. Dan profil belajar murid bahwa guru memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar sesuai dengan gaya belajarnya, kecerdasan majemuknya, pengaruh budaya dan lingkungannya.
Bagaimana pembelajaran berdiferensiasi membantu murid mencapai hasil belajar yang optimal?
Pembelajaran berdiferensiasi dapat membantu murid mencapai hasil belajar yang optimal dengan menerapkan 3 (tiga) strategi pembelajaran diferensiasi yaitu diferensiasi konten bahwa guru perlu menyesuaikan konten (materi pembelajaran) dengan kebutuhan belajar murid yang beragam.
Selanjutnya diferensiasi proses bahwa proses belajar yang bervariasi disesuaikan dengan kebutuhan murid. Proses ini mengacau pada bagaimana murid memahami dan memaknai apa yang terjadi. Dan diferensiasi produk bahwa guru memodifikasi tagihan produk yang akan dihasilkan murid disesuaikan dengan konten yang dipelajari dan proses yang telah terlewati.
Bagaimana koneksi antar materi pembelajaran berdiferensiasi dengan modul lain di Program Pendidikan Guru Penggerak?
Keterkaitan antar materi dimulai dari salah satu filosofi Ki Hajar Dewantara adalah sistem among dimana guru harus menuntun murid untuk berkembang sesuai dengan kodratnya.
Hal ini sesuai dengan pembelajaran berdiferensiasi bahwa guru harus melakukan pemetaan kebutuhan belajar murid yang sangat kompleks. Untuk itu guru harus memiliki nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid sebagai modal dalam mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat pada murid.
Guru penggerak memiliki peran yang mendukung dalam pembelajaran berdiferensiasi. Adapun peran tersebut adalah menjadi pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktis, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi antar guru, serta mewujudkan kepemimpinan murid.
Juga guru penggerak memiliki visi untuk melakukan perubahan positif dalam pembelajaran berpihak pada murid dengan strategi inkuiri apresiatif (IA) yaitu pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan. Perubahan yang dilakukan melalui pembelajaran berdiferensiasi.
Pembelajaran berdiferensiasi membentuk budaya positif di sekolah. Budaya positif adalah nilai-nilai, keyakinan serta kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid agar dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat, dan bertanggungjawa. Budaya positif tidak dapat berdiri sendiri dalam budaya ajar tetapi terintegrasi dalam pembelajaran berdiferensiasi.
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berdiferensiasi sangat erat kaitannya dengan proses pembelajaran berpihak pada murid sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara.
Nilai-nilai yang melekat pada guru yaitu nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid merupakan komponen utama dalam mewujudkan pembelajaran berdiferensiasi. Murid sebagai subjek pembelajar yang beragam harus terlayani dengan baik melalui visi impian dan budaya positif yang ada di sekolah.
_____
Zaenal Abidin, CGP A7