SMADANGAWI – Prisma Language Competition 2022 merupakan sebuah event berskala Nasional yang diadakan oleh Prisma Cendekia Foundation bekerja sama dengan Yayasan Konde Cut Nyak Dien (YKC) bertujuan untuk memajukan pendidikan anak bangsa Indonesia. Event ini ditujukan kepada peserta tingkat SD/se-derajat, SMP/MTs se-derajat, dan SMA/SMK se-derajat tingkat Nasional.
Adapun bidang lomba yang diujikan sebagai berikut: (1) Tingkat SD: bidang bahasa Inggris dan bahasa Indonesia; (2) Tingkat SMP/MTs: bidang bahasa Inggris, bahasa Indonesia, dan bahasa Arab, dan (3) Tingkat SMA/SMK: bidang bahasa Inggris, bahasa Indonesia, bahasa Arab, bahasa Jepang, dan bidang bahasa Korea.
Kaesyanandra Syifa Frilyrizatna Pangestuti merupakan perwakilan siswa dari SMA Negeri 2 Ngawi kelas X MIPA 6 mengikuti Olimpiade 3 bidang bahasa yaitu bidang bahasa Inggris, bahasa Indonesia, dan bahasa Jepang.
Tiga olimpiade bahasa tersebut, berisikan soal-soal tentang kebahasaan sesuai dengan bidangnya masing-masing pada jenjang tingkat SMA. Hal ini turut serta dibimbing oleh di setiap bidangnya yaitu bidang bahasa Inggris oleh Ibu Sri Kayati S.Pd., bidang bahasa Indonesia oleh Ibu Vinsca Sabrina Claudia, M.Pd., dan bidang bahasa Jepang oleh Suyatno, BBA., MBA.
Pelaksanaan olimpiade dalam bentuk daring yang diselenggarakan pada tanggal 26 dan 27 Maret 2022. Dia mengikuti tes selama dua hari berturut-turut yaitu hari Sabtu, 26 Maret 2022 pada bidang bahasa Indonesia dilaksanakan pada pukul 13.30 – 14.30 WIB dilanjutkan bidang bahasa inggris 15.30 – 16.30 WIB dan hari Minggu, 27 Maret 2022 di bidang bahasa jepang pukul 15.30 – 16.30 WIB.
Berdasarkan pengumuman hasil panitia pada tanggal 28 Maret 2022, siswa yang duduk di kelas X MIPA 6 sekaligus Miss Knowledge SMADA 2022 memperoleh medali perunggu di bidang bahasa bahasa Inggris, bahasa Indonesia, dan bahasa Jepang SMA/SMK se-derajat tingkat Nasional.
“Ketika mendapatkan medali perunggu, perasaan saya senang, bangga, dan haru karena sama sekali tidak menyangka ada nama saya terpampang dalam lembar pengumuman juara. Jujur, saat mengikuti lomba hanya modal niat, nekat, dan tidak berani punya target juara karena pesertanya ratusan orang yang tersebar dari penjuru tanah air dan mungkin merupakan siswa-siswa terbaik dari sekolah masing-masing. Apalagi durasi pengerjaan soal dibatasi hanya 45 menit untuk 30 soal,” ujar Keasyanandra atau bisa dipanggil Zatna.
Lebih lanjut, Zatna memberikan tambahan jika mengikuti perlombaan-perlombaan di bidang akademik maupun non-akademik dapat mengetahui potensi atau kualitas diri. Selain itu, dapat meningkatkan eksinstensi dalam perlombaan-perlombaan dan lebih memacu untuk mencari pengalaman. Hal ini bisa menjadi jembatan untuk meraih sukses di Perguruan Tinggi Negeri yang diinginkan. (VSC)