Tunas Bangsaku Karya Aisyah Qusnul Khotimah

0
3341

Aisyah Qusnul Khotimah, salah satu siswa kelas XII yang selain aktif di Organisasi ini juga suka menulis. Berikut ini adalah sebuah tulisannya yang meraih Juara I di Lomba Menulis Artikel yang diadakan oleh Universitas Brawijaya Malang. Selamat buat Aisyah.

Tunas adalah bagian terpenting dalam sebuah pohon kelapa. Jika tunas tumbuh baik, maka buah kelapa dan pohon kelapa pun akan ikut baik, karena tunas adalah cikal bakal sebuah kehidupan tanaman kelapa. Ternyata filosofi tunas itu bukan hanya sekedar filosofi yang tak berarti. Tunas-tunas yang menjadi cikal bakal sebuah kehidupan yang lebih baik itu adalah kita, sebagai generasi muda.

Generasi muda adalah tunas bangsa, yang bisa memberikan perubahan baru dalam tatanan kehidupan. Generasi mudalah yang akan membawa rantai kehidupan ini menuju ke jalan yang lurus ataupun berbelok. Maka tunas-tunas bangsa ini perlu dipersiapkan mulai dari akhlak, mental, hingga semua potensi yang ada padanya. Muda adalah salah satu masa dimana sesorang bisa merancang dan berusaha mewujudkan semua mimpi dan cita-citanya. Baden Powell sebagai Bapak Pandu Dunia pun mulai meniti langkah dan semangatnya sejak muda hingga masa tuanya pun semangatnya masih tetap membara.

Namun sayang, fakta pemuda sekarang sangatlah mengerikan. Budi pekerti dan akal sehatnya pun terkadang tak diperhatikan. Berbagai tindakan remaja mengakibatkan kerusakan dan kehancuran di negeri ini. Sikap tak acuh dan menutup mata dengan permasalahan itu pun jadi salah satu biang berkurangnya pola pikir kritis dalam jiwa pemuda. Rendahnya akhlak mulia menjadikan mereka lupa dan berbudi luhur sangat jarang dilakukannya. Pendidikan tinggi terkadang mereka habiskan hanya untuk berkawan dan bersenang-senang dengan kehidupan hedonis sekarang, tanpa mereka pikirkan jerih payang ayah dan bunda membiayai pendidikan. Semua mereka abaikan dan mereka sia-siakan begitu saja.

Era masa kini telah membuat tunas-tunas bangsa ini menjadi tunas yang terlihat kokoh namun keropos. Mereka tergerus dalam arus globalisasi yang semakin hari semakin mengancam pemuda-pemudi negeri ini. Kepribadian mereka mulai hilang seperti tertelan bumi. Budi pekerti luhur yang menjadi ciri khas bangsa ini kini pun jarang dijumpai. Belum lagi gaya dan budaya masa kini tak mencerminkan pribumi lagi. Tunas-tunas unggulan lokal pun sering diekspor dan menjadi warga negeri tetangga dengan ikatan beasiswa prestasi. Tidak hanya berhenti disitu, kehidupan serba mewah dan mencintai dunia kini semakin mendarah daging di kalangan tunas-tunas bangsa yang seharusnya menjadi tonggak peradaban emas Indonesia, bahkan dunia.

Salah satu cara menngokohkan kembali tunas muda bangsa ini adalah dengan melalui pendidikan agama dan karakter pada setiap individu melalui proses berfikir. Berfikir menyeluruh dan cerdas adalah cara yang sangat tepat untuk menyadarkan individu untuk menjadi pribadi yang berbudi pekerti dan berakhlak mulia. Dalam hal ini, perlulah pembimbing yang terpercaya dan benar-benar menguasai agama dan karakter mulia yang sesungguhnya. Buah tak akan pernah jatuh jauh dari pohonnya, begitulah yang terjadi pada tunas bangsa yang dibimbing guru mereka. Jika pembimbing adalah sosok yang benar-benar berbudi luhur, menguasai agama dan memberikan contoh dengan baik, maka yang dibimbingnya pun secara alamiah akan menggunakan akalnya untuk berfikir dan mulai bertindak untuk menjadi pribadi yang berakhlak mulia dan berbudi luhur.

Dalam hal mewujudkan pribadi luhur tunas bangsa ini, wadah untuk menuangkan kreatifitas dan pengembangan diri juga sangat dibutuhkan. Jika Baden Powell dahulu telah mencetuskan Kepanduannya, maka saat ini para pemuda dapat menuangkan kreatifitas, mengukir pengalaman, dan megembangkan kepribadian dalam Kepanduan tersebut, yang biasa kita sebut Pramuka (Praja Muda Karana). Dalam Pramuka, pemuda bisa saja menjadi pribadi yang berbudi luhur namun bisa juga menjadi pribadi yang bebas dan tak teratur. Semua itu adalah sebuah pilihan yang terkadang para pemuda tak berpikir logis dan panjang dalam memilih suatu jalan karena keambisiusan mereka dalam melakukan tindakan.

Tindakan para pemuda memang harus diarahkan agar selalu dalam koridor yang sesuai aturan. Jika terlalu bebas tanpa batas, jelas saja akan menyebabkan berbagai kerusakan dan kehancuran. Pergaulan antarindividu pun sangat mempengaruhi perkembangan mereka. Dalam hal ini, setelah ada kesadaran dan pola pikir yang benar tertancap pada diri pemuda, perlulah ada kontrol sosial dari lingkungan dan kawan di sekitarnya. Sama-sama melek dengan fakta dan bersikap peduli terhadap sesama. Dengan inilah kehidupan harmonis dan budi pekerti luhur bisa selalu terjaga.

Tak cukup hanya saling kontrol antara satu dengan lainnya, tapi juga perlu adanya sanksi-sanksi tegas dalam sebuah organisasi, lingkungan, atau lingkup yang lebih luas. Sanksi tegas itulah yang secara tidak langsung ikut berkontribusi dalam mewujudkan terbentuknya budi pekerti luhur dan akhlak mulia dalam diri tunas-tunas bangsa ini. Sanksi yang tegas itu pula yang akan senatiasa mencegah pelanggaran dan membuat jera pelaku yang melanggar aturan. Jika tidak dilakukan demikian, tentulah pemuda tak akan takut untuk melakukan tindakan-tindakan ambisiusnya meskipun tak sesuai dengan aturan-aturan yang ada.

Demikianlah beberapa hal yangdapat membangkitkan tunas-tunas bangsa yang saat ini sedang tertidur, atau bahkan tak sadar diri. Dengan adanya kesadaran individu melalui berfikir, kontrol sosial dari kawan dan lingkungan, serta adanya sanksi yang tegas dan bersifat mencegah, maka tunas-tunas bangsa ini bisa menjadi tunas-tunas emas yang berbudi luhur dan berakhlak mulia. Dengan budi luhur dan akhlak mulia, cita-cita dan prestasi cemerlang pun tentu bisa dicapainya.

Semangat pemuda!!

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

four × 2 =